Sahabat'89

Minggu, 03 April 2011

Reuni. Apa? dan Bagaimana?


Wonosobo dalam keadaan mendung saat itu, gerimis mulai membanjiri kota tercinta ini. Bukan suatu hal aneh, tingginya letak goegrafis diatas permukaan laut, Wonosobo termasuk daerah pegunungan dengan curah hujan cukup tinggi, keadaan daerah yang berbukit-bukit, panorama nan elok dah hawa yang sejuk, menjadikannya suatu tempat yang nyaman untuk sejenak beristirahat, apalagi bersama teman-teman lama, secara otomatis akan membuat kenangan tak terlupakan disanubari.

Pertemuan teman-teman lama, dengan canda dan keceriaan, sejenak melupakan beban hidup yang terkadang terasa berat menghimpit. Reuni, kata yang terasa indah tuk dirasakan, kenangan-kenangan lama muncul kembali, nostalgia SMEA menjadi lagu yang indah. Lagu Kemesraan milik Iwan Fals-pun menjadi wajib dinyanyikan bersama, suka dan duka menghampiri setiap insan didalamnya, suasana gelak tawa terkadang pecah tak terkendali. Reuni menggores kenangan manis dalam suasana yang indah, dan cukup untuk menjadi kenangan bahkan menjadi bagian dari sejarah hidup. Di perpisahan reuni, suasana haru terkadang menghampiri setiap individu, janji-janji manis terucap kala itu dari kedalaman hati untuk bertemu kembali, bercanda kembali kelak, namun entah kapan?
Enam bulan telah berlalu sejak pertemuan reuni itu, muncul ide ingin bertemu kembali, seperti janji dulu setiap semester ingin selalu bersua, maka dikontaklah masing-masing personal via sms. Banyak yang janji bisa hadir, namun lebih banyak yang berhalangan, sehingga reuni tidak jadi terlaksana, gelak tawa sejenak diundur dalam waktu yang belum pasti ditetapkan.

Waktu terus berjalan, kita tidak menyadari bahwa disetiap perubahan waktu diiringi perubahan pola hidup dan status sosial setiap individu. Masing-masing mempunyai rutinitas dan kebutuhan hidup yang berbeda-beda pula. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya meliputi perubahan historis, kultural, struktural dan dinamika sosial setiap individu. Keputusan setiap individu menjadi dipengaruhi oleh keadaan struktur yang sedikit berbeda saat masih bersama dahulu. Status sosial yang sudah berbeda pula, sehingga keputusan untuk selalu bersama terabaikan sejenak. Bagi yang sudah berhasil, bukan menjadi masalah, kapan dan dimana? Karena vasilitas telah mendukung untuk itu, bagi yang belum berhasil menjadi kendala yang serius, sebab mereka harus terlebih dahulu menjadwal kembali pendapatannya, mencari pendapatan lebih, kemudian menyisihkannya sedikit demi sedikit. Prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan pokok, itupun lebih sering minusnya, belum lagi saat pendaftaran masuk sekolah anaknya, untuk memasukan kesekolah yang diinginkan harus mencari utangan, sedang pendapatannya pas-pasan hanya cukup untuk makan dan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, kadang dapat, kadang pula tidak, itupun relatif kecil, piye nyicil-e? He...... Setelah terpenuhi baru berfikir kalo ada sisa untuk reuni.

Perbedaan status menjadi masalah, sehingga tingkat kebersamaanpun menjadi terganggu. Kohesivitas (keeratan hubungan) mulai merenggang, padahal kita masih merasa yakin bahwa kita masih senasib. Reuni, serasa indah untuk dikenang, dalam kebersamaan, keeratan hubungan dan perasaan senasib. Namun menimbulkan masalah hati dan iri akan nasib teman. Dibutuhkan kesadaran dan keikhlasan yang lebih dalam kebersamaan. Seharusnya reuni bisa menjadi solusi mempererat tali silaturahmi, namun yang sering terjadi malah sebaliknya. Muncul kelompok-kelompok elit baru yang telah hidup berkecukupan dan hedonis dengan kelompok dibawahnya.

Bagaimana sebaiknya?
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa tingkat kehidupan setiap individu berbeda-beda menurut hierarkhi kebutuhannya. Menurut Maslow, kebutuhan manusia menjadi lima katagori/ tingkatan dalam urutan menaik secra berurutan. Hierarki Maslow yang terkenal ini terdiri atas (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan dicintai dan dimiliki, (4) kebutuhan akan penghargaan, (5) kebutuhan akan aktualisasi diri. Asumsi sering dibuat dengan menggunakan hierarki Maslow dimana tenaga kerja modern dengan teknologi meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat secara fisiologis, aman dan memiliki. Untuk itu mereka termotivasi oleh kebutuhan penghargaan diri sendiri, orang lain, dan aktualisasi diri.

Individu yang telah mencapai tingkat kemapanan yang tinggi cenderung menampilkan diri akan penghargaan yang harus selalu diterimanya, akan lebih baik jika penghargaan tersebut didapat dari teman-teman seperjuangannya dahulu dengan cara menyisihkan sebagian pendapatannya guna membantu sesama. Yang menjadi problem, belum adanya wadah/ tempat guna keperluan tersebut, karena reuni biasanya hanya bersifat insidental dan berkesan pesta. Wacana reuni angkatan 1989 sebenarnya telah tergagas sejak tahun 2003 bertepatan dengan acara reuni bareng angkatan 88 dan 89, bahkan telah dibentuk koordinator tiap-tiap kelas saat itu. Ide-ide berlianpun muncul, tapi sayang ide hanya sebatas wacana tanpa ada realisasinya sampai kini. Setelah acara selesai, semua kembali pada rutinitas semula, tanpa ada tindak lanjut, rasa kebersamaanpun hanya sekejap.

Agar wacana menjadi program dan kebersamaan terus berlanjut, maka dipandang perlu dibentuk sebuah forum/ organisasi atau semacamnya, apalah namanya, yang bergerak dibidang sosial, maka yang telah diberi rejeki lebih dapat membantu yang belum, sebagai langkah awal, langsung menyentuh persoalan dengan visi yang jelas dan pengelolaannya transparant diharapkan dapat menjadi mediasi antar kelompok menjadi satu ikatan yang kokoh dengan satu tujuan. Kapan akan terlaksana? Wallahu'alam.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar