Sahabat'89

Jumat, 13 September 2013

Mencari Sahabat Lama

Anak2 SMEA Negeri Wonosobo Tahun 1989

     Dua puluh empat tahun bukanlah waktu yang pendek sejak teman-teman tercinta ini berpisah setelah lulus dari SMEA Negeri Wonosobo tahun 1989. Pernah memang sesekali diadakan reuni pada tahun 2003, tetapi itupun masih terasa panjang bila kita berusaha untuk mencari kembali sahabat-sahabat ini.


Ka-ki : Sri Dwiyanti, Sri Raharyanti,
     Namun dengan bukti otentik photo-photo lama kami berusaha mengingat. Menggali kembali kenangan-kenangan melalui prasasti-prasasti yang masih tersisa. Bukan tanpa kendala, kemunculan ide yang sebagian didukung teman-teman yang kita temui secara langsung sambil melakukan silaturahmi, muncul pro dan kontra. Disisi lain banyak yang pro atau mendukung ide tersebut, namun ada pula yang sinis, kita terima semua itu dengan lapang dada sebagai konsekwensi atas apa yang kita lakukan. Niat yang baik memang tidak selamanya mulus, kita jadikan cambuk untuk terus melangkah. Lillahi Ta'ala. Jika Allah SWT mengijinkan, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Cibiran, prasangka buruk, iri hati sementara waktu kita pending dulu. Kita berpedoman, yang penting adalah tindakan (action). Soal Hasil, tergantung Allah SWT seberapa yang diberiNYA nanti. Yang jelas ikhtiar dan do'a selalu menyertai langkah kita, tak lupa bersyukur atas segala yang telah diberikan Allah SWT. Alhamdulillah dari dukungan teman-teman, kita berhasil mengumpulkan beberapa photo lama. Secara bertahap akan kita munculkan baik di blog maupun buletin Sahabat89 pada kolom Tempo Doeloe, sebagai kenangan dan cerita untuk generasi penerus kita tentang sejarah makna sebuah kebersamaan dan persaudaraan.

Ki-ka: Sulistyasih, Edi Santoso, Ngatijah, Eni Rosidah, Tambah Tolib @Jan 1989
     Budaya (culture) yang semakin hidonis, egoistis dan individualistis telah menutup sendi-sendi kebersamaan (solidarity crisis). Sehingga semboyan sapu lidi, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, seakan hanya tinggal kenangan. Kita berharap, jangan sampai budaya materialisme dan kapitalisme yang kelak lebih dominan merasukki sendi-sendi generasi penerus sesudah kita, karena sekarang kita sendiri telah terlena dengan gegap gempita perkembangan teknologi informasi yang tengah melanda seakan meninggalkan prinsip kebersamaan, dan hanya berfikir individu bahwa kalau bukan saya sendiri yang bekerja keras semua tidak akan tercapai. Kita terlena dan over confident dengan sistem individual, padahal tak pernah sistem tersebut mampu meruntuhkan sistem kebersamaan/ kegotong-royongan yang sedang berkembang sekarang ini (network).

Tidak ada komentar :

Posting Komentar