Sahabat'89

Senin, 09 September 2013

Memperkokoh Silaturahmi

Silaturahmi Alumni SMEA N Wonosobo Angkatan Tahun 1989
   Silaturahmi sangat erat dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Secara sengaja ataupun tidak, sering kita mendengar, membaca dan melihat kata silaturahmi di rutinitas keseharian kita. Tingginya tingkat penggunaan kata tersebut dalam pergaulan di masyarakat, lambat laun ditemui pada setiap kesempatan ataupun kalangan. Pertemuan-pertemuan, baik formil maupun non formil yang dilakukan oleh sekelompok orang, pertemuan yang hanya dilakukan oleh dua orang sajapun seakan menjadi kurang afdol bila silaturahmi bukan menjadi salam pembuka. Apalagi dalam masyarakat Jawa, "Sepindah sowan kawulo mriki silaturahmi, kaping kalih....."



     Pada suatu kelompok, silaturahmi merupakan kunci hubungan horisontal antar sesama. Sebagaimana langkah awal memulai hubungan, silaturahmi akan terasa lebih efektif bila dilakukan secara langsung antar personal (face to face), dengan begitu bisa terbaca lebih jelas tujuan hubungan itu dibentuk. Sehingga masing-masing dapat saling mengisi, menghargai dan selanjutnya memperkokoh atau mempererat tali silaturahmi. Dengan saling mengunjungi pula, akan muncul solideritas yang lebih tulus, alamiah dan persamaan tanpa membedakan status sosial, bahkan orang yang telah berhasil akan sangat lebih dihargai oleh konstituennya karena gemar melakukan silaturahmi tanpa pilih-pilih. Istilah yang lagi ngetren sekarang adalah "blusukan".
     Intensitas silaturahmi, merupakan wujud nyata dari hablum min anas, hubungan dengan Sang Khalik (hablum min Allah) menjadi tidak bermakna seandainya kita gagal merakit silaturahmi horizontal-kemanusiaan yang utuh. "The wisdom of God is manifested the creation of God (kearifan Tuhan memancar dari setiap makluk-Nya," demikian tulis John C. Green dalam The Death of Adam. Spiritualitas dan humanitas adalah dua sisi dari satu mata uang yang tak mungkin terceraikan.
        
Silaturahmi SMEA N Wonosobo Kelas AK 1
     Dalam masyarakat yang hiterogen, manusia mempunyai pola hidup dan kepentingan yang berbeda-beda. Secara naluri, mereka akan mengelompok bila mempunyai kepentingan yang sama. Kepentingan tersebut akan mengerucut bila dihimpun dalam satu ikatan kelompok  dengan membuat tujuan yang sama. Disini silaturahmi memegang peranan signifikan sebagai tali pengikat beberapa kepentingan menjadi satu ikatan yang kokoh. Dengan kata lain, melalui sebuah wadah, silaturahmi dapat lebih intens dilakukan karena biasanya menjadi bagian dari program dalam organisasi, yang pada akhirnya dapat melanggengkan ikatan silaturahmi itu sendiri.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar