Sahabat'89

Rabu, 02 Oktober 2013

Empati & Simpati



     Suatu saat saya berkunjung ke rumah seorang teman. Teman saya ini, sedang dalam cobaan.  Salah satu keluarganya, tepatnya kepala keluarga dalam keluarga teman saya itu sedang sakit. Coba bayangkan, seminggu dua kali harus melakukan cek up cuci darah, padahal setiap sekali cek up memerlukan biaya sekitar  Rp. 700.000,-, seminggu 2 kali, jadi dibutuhkan biaya Rp. 1.400.000,- setiap minggu, bahkan kadang lebih. Padahal telah hampir 2 tahun cobaan tersebut mendera. Berapa biaya yang telah dikeluarkan? Sungguh kesehatan memang mahal harganya.
     Saya jadi terenyuh, hingga setiap bertemupun menjadi sulit berucap dengan kata-kata. Cobaan dalam kehidupan manusia memang berbeda-beda. Ada yang diberi cobaan dalam hal musibah, ada pula yang diberi cobaan dalam hal nikmat. Namun semua berujung pada satu pemahaman untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Baik itu yang diberi nikmat atau musibah. Tidak ada sesuatu didunia ini yang abadi, yang diberi nikmatpun belum tentu akan selamanya. Jadi sangatlah arogan bila kita yang sedang diberi rejeki lebih menganggap bahwa hasil yang kita dapat bukan dari pertolongan Allah SWT, tapi dari hasil karena kita bekerja dengan keras semata dan menghilangkan sikap pengerten pada sesama, apalagi pada yang lagi dalam cobaan. Sikap pengerten akan melahirkan dua sikap yang sangat penting kita miliki, yakni empati dan sekaligus simpati.
     Empati merupakan kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain. Sedangkan sikap simpati, adalah wujud rasa belas kasih yang menunjukan kepedulian pada keberadaan seseorang. Dua sikap yang ada pada diri manusia diatas merupakan hasil dari interaksi antar manusia. Menjadi tidak relevan apabila kita berinteraksi seakan tidak bisa memahami perasaan orang lain. Tanpa memahami perasaan sahabat, tidak akan muncul rasa belas kasih yang menunjukan kepedulian. Sehingga bagaikan orang yang terkena mati rasa.  
     Ditimur matahari mulai bercahya, kudengar sayup-sayup pengajian di TPI, Uztad Danu mengatakan, orang yang sakit mag kronis bila tidak segera ditangani, lama-lama akan terserang ginjalnya, bila ginjal telah gagal bekerja dengan baik. Maka pasien tersebut akan dianjurkan oleh dokter untuk selalu cuci darah 2 kali dalam seminggu guna kesembuhannya. Beliau menerangkan lebih lanjut tentang salah satu sebab yaitu adanya masalah dalam keluarga, maka dianjurkan masing-masing untuk saling menghargai pendapat orang lain/ pasangan. Sholat tahajud dan taubat kepada Allah SWT di malam hari, selalu menyayangi antar sesama keluarga. Merupakan solusi yang disarankan beliau. Dan mari kita berdo’a agar keluarga teman kita itu segera cepat sembuh. Amin...*******

Tidak ada komentar :

Posting Komentar